Ini Pesan Inspiratif Pimpinan Pesantren Primago kepada Relawan PAY&DoIT

PRIMAGOschool.com | Ahad (04/02/2024) Pimpinan Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago Depok, Ustadz Ahmad Ghozali S.Pd.i, CTMR menjadi narasumber seminar Magnet Rezeki pada acara Temu Akbar Relawan Bukber Akbar yang diselenggarakan oleh Pecinta Anak Yatim dan Doeafa Indonesia Tercinta (PAY&DoiT) di Aula Masjid Al-I’tisham, Karet Tengsin, Jakarta Pusat.

Seminar Magnet Rezeki ini mengangkat tema “Menjadi Magnet Kebaikan”. Diangkatnya tema ini untuk diharapkan bisa memotivasi para relawan acara bukber akbar PAY untuk bisa menjadi magnet kebaikan bagi orang-orang di sekitar para relawan.

Dalam seminar tersebut, Ustadz Ghozel, sapaan akrab ustadz Ahmad Ghozali,S.Pd.i, mengawali seminar dengan membahas cerita Imam Syafi’i dan Imam Malik yang memberikan contoh tentang bagaimana mendapatkan rezeki.

Selain itu, adapula Cerita Nabi Zakaria dan Maryam yang diambil dari Qs Ali Imran (37-40) yang dijadikan landasan untuk memahami keajaiban dalam mendapatkan keturunan. Ustadz Ghozel mengingatkan para relawan bahwa Allah telah mengabulkan doa Nabi Zakaria sebelum beliau yakin sepenuhnya.

MASIH DIBUKA! : PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU PESANTREN LEADERSHIP PRIMAGO

Dalam perspektif Al Quran, Ustadz Ghozel juga menyoroti pentingnya Istighfar (memohon ampun) dalam mendapatkan rezeki, sebagaimana disebutkan dalam Qs. Nuh (10). Beliau menggambarkan Istighfar sebagai perisai rezeki yang mampu menyedot rezeki sebagaimana dijelaskan dalam cerita Nuh.

Pentingnya kesadaran akan dosa juga diungkapkan sebagai kunci pembuka keajaiban rezeki. Ustadz Ghozel menyampaikan hikmah ilmu perisai rezeki, bahwa menyadari dosa adalah awal dari keajaiban. Peserta disarankan untuk bertaubat, berhenti atas dosa masa lalu, berhati-hati terhadap dosa masa depan, dan menjauhi dosa untuk mendapatkan keberkahan rezeki.

Sebagai penutup seminar Ustadz Ghozel memberikan materi tentang “Paradox of Candy”. Beberapa relawan diajak untuk memilih mana yang diinginkan, memakan permen yang sudah dibuka bungkusnya atau memakan permen yang belum dibuka bungkusnya.

Beberapa dari mereka banyak yang memilih pilihan yang kedua sebab ini merupakan analogi tentang nikmat, bungkus sebagai masalah dan permen sebagai nikmat. Jadi setiap permasalahan atau persoalan memiliki jawaban atas persoalan tersebut.(Farhan Hidayat/Woli)

BACA JUGA :