Kuasai 7 Skill Ini, Pasti Bisa Mondok Di Pesantren Sampai Lulus

Memiliki anak yang mau dan mampu belajar di pesantren adalah sebuah kesyukuran tersendiri, pasalnya tidak banyak anak generasi zillenial punya keinginan belajar disana. Karena kadung beruntung dengan kondisi di rumah serba mudah, kenapa pula harus pindah ke pesantren dengan bersusah payah. Namun melihat kondisi dunia saat ini yang serba mengkhawatirkan, maka pendidikan pesantren menjadi salah satu jalan dimana orang tua harus mengikhtiarkan.


Baca : 31 alasan anak millenial harus sekolah di pesantren

Ada yang anaknya semangat, orang tuanya tidak ingat. Ada yang orang tuanya menggebu-gebu, anaknya malah tidak mau. Ada juga yang anaknya siap berangkat, orang tuanya siap dukung cepat tanggap, ternyata keluarga besarnya enggan karena berbagai kekhawatiran. Dan beragam cerita lainnya yang mana pasti, menuju pesantren selalu ada satu dua halangan menghampiri.

Baca : 10 Tips agar anak mau masuk pondok pesantren

Pun ketika sudah lulus masuk pesantren, perjalanan tidak selalu mulus. Ada yang baru sebulan tidak betah lalu minta pulang. Ada yang baru enam bulan mengeluh tidak kuat pelajaran lalu tumbang. Ada yang sudah setahun dua tahun mendapat permasalahan sesama teman lalu menganggap kembali ke rumah adalah satu-satunya jalan. Bahkan ada juga yang sudah lima enam tahun di pondok dan hanya beberapa langkah lagi lulus, malah tersandung batu masalah yang mengharuskannya meninggalkan pondok. Penulis yang sempat merasakan pesantren pada tahun 2000an memperhatikan bahwa rata-rata dari jumlah 2000 calon pelajar yang lulus diterima kala itu, hanya sekitar 1000 santri saja yang menetap sampai 6 tahun dan lulus jadi alumni. Kurang lebih separuhnya tidak bisa menyelesaikan pendidikan dengan berbagai sebab dan alasan.

Maka untuk bisa menjadi santri yang adaptif, mandiri, tangguh dan istiqomah selama masa belajar di pesantren, sedikitnya diperlukan tujuh skill berikut ini :  

  1. Adab Menuntut Ilmu
Adab Menuntut Ilmu

Ilmu adalah cahaya Ilahi, dan pancaran cahaya tersebut tidak akan sampai kepada orang yang tidak suci atau suka berbuat dosa dan maksiat. Tujuan utama ke pondok adalah belajar / menuntut ilmu, maka perlu diperhatikan adab-adab yang harus diamalkan supaya ilmu dapat diterima dengan baik dan jadi manfaat untuk orang banyak. Seperti hormat dan sopan santun kepada guru, mengikuti arahan dan ketentuan yang berlaku di tempat belajar, tidak membantah dan tidak membangkang dari perintah guru, sanggup menerima teguran dan perbaikan dari guru apabila khilaf. Termasuk kepada teman sendiri maupun kakak kelas bilamana kita mendapatkan ilmu darinya, maka kita juga harus beretika dengan baik. Ditambah dengan adab terhadap buku dan alat tulis sebagai wasilah / perantara menerima ilmu, semua buku harus dijaga dan dirawat dengan baik, jangan biarkan rusak atau berceceran tidak rapi, padahal dari sanalah ilmu pengetahuan bisa diraih. Dan menuntut ilmu akan sempurna bila dilandasi tekad yang kuat, kesungguhan, kesabaran dan rasa ingin tahu yang tinggi. Niscaya semua itu akan membuat betah dan nyaman di pondok hingga lulus.

2. Time Management

Time Management

Setiap anak diberikan waktu yang sama yaitu sehari ada 24 jam. Bagi yang bisa mengatur dengan baik maka jadilah hari itu produktif baginya, bagi yang mengisinya dengan santai dan senda gurau maka hari itu akan berlalu tanpa arti. Di pesantren setiap waktu ada kegiatannya dan setiap kegiatan ada waktunya masing-masing. Kesalahan atau keterlambatan dalam mengatur waktu mengakibatkan terhambatnya kegiatan yang lain. Misalkan perihal mandi dan makan, di rumah anak bisa mandi dan makan kapanpun selama apapun karena punya kamar mandi sendiri dan makanan selalu tersedia. Tapi di pondok mandi dan makan hanya diberikan waktu 60 menit, maka harus dilatih supaya bisa menyesuaikan misal makan dulu 30 menit baru mandi atau sebaliknya.

Apakah pembatasan waktu ini membebani? Tentu saja tidak, justru karena waktunya diatur, anak menjadi disiplin dan siap mengikuti pelajaran. Ketika pelajaran dimulai anak sudah dalam kondisi rapi sudah mandi dan tidak lapar karena sudah sarapan. Kalau makan dan mandi semaunya maka kapan anak akan siap mulai belajar. Intinya adalah sebelum mondok anak perlu dilatih menjalankan semua kegiatan pada waktunya masing-masing. Latihan ini bisa dimulai dengan menjalankan sholat fardhu yang lima pada awal waktunya. Maka nanti akan terbiasa untuk mengatur dan menjalankan kegiatan lain.

3. Personal Hygiene & Grooming

Personal Hygiene & Grooming

Kebersihan dan kerapihan diri penting demi menjaga kesehatan selama beraktivitas di pondok. Ini perlu dilatih dengan rutin bergerak / berolahraga dan menjaga pola makan sehat dan teratur. Jangan hanya makan lauk ayam, daging dan gorengan saja tapi perlu diimbagi dengan sayur, buah dan air putih yang cukup. Dan di pondok sudah dirancang menu beragam yang didalamnya mencakup gizi berimbang tujuannya supaya nutrisi terpenuhi agar siap mengikuti padatnya kegiatan. Maka perlu membiasakan diri untuk berbagai jenis makanan. Dan lagi hindari hal-hal yang bisa mendatangkan penyakit seperti ruangan yang kotor, lemari yang berantakan, pakaian kotor yang menumpuk dan sebagainya. Hal apapun yang sekiranya kotor dan bau berada di sekitar harus segera dibersihkan, jangan tunda dan tunggu berlalu sepekan dua pekan. Kondisi seperti itu akan mendatangkan kuman / bakteri yang membawa penyakit.

Jelas sekali ketika ke masjid saja diperintahkan untuk memakai pakaian yang bagus dan wangi. Maka penampilan yang berantakan sangat tidak islami. Memang banyak detail dari aspek kerapian mulai dari rambut, wajah, tangan, kaki, pakaian, atasan, bawahan, sepatu, ikat pinggang dan lain sebagainya. Kalau tidak dibiasakan rapi sedikit demi sedikit, ya tidak akan bisa. Rambut tidak disisir sepatu tidak pernah dicuci atau disemir, baju kelebaran atau kesempitan dikenakan, noda pakaian dibiarkan, jarang mandi sehingga bau badan biasa, jarang membersihkan bagian tubuh seperti rambut, gigi, hidung, telinga, kuku dan lain-lain. Kalau semua sudah diusahakan untuk berpenampilan bersih dan rapi tentu akan jadi lebih percaya diri, lebih tenang dan tidak mengganggu suasana belajar tentunya.

4. Thinking Skill

Thinking Skill

Padatnya kegiatan pesantren menciptakan banyak peluang dan kesempatan bagi para santri untuk terus mengeksporasi dirinya. Ini harus diimbangi dengan kemampuan berpikir yang baik, termasuk didalamnya adalah self awarness (kepedulian/kehati-hatian) dan inisiatif yang strategis. Sang anak wajib untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik, mana yang perlu dan mana yang bisa ditunda. jadi punya pendirian teguh, bukan sekedar fanatik atau ikut-ikutan saja. Juga dalam merencanakan kegiatan harian, mengatur keuangan walau sekedar uang jajan, memilih pola belajar hingga mengikuti kegiatan ekstra diluar pelajaran. Itu semua harus dipikir dan ditimbang matang-matang. Sudah banyak terdengar sejenis cerita ada anak dibekali uang jajan sebulan 300.000 untuk kebutuhan harian itu cukup, di sisi lain anak yang dibekali uang jajan sebulan 1.000.000 masih menelpon karena kurang dan minta dikirimi lagi. Belum lagi urusan belajar, pelajaran mana yang mau dipelajari duluan, masalah kegiatan juga harus ditimbang mau ikut yang mana? Karena semua itu pilihan dan harus punya strategi menentukan skala prioritas. Dan memang hal-hal tersebut perlu disampaikan dan dilatih pelan-pelan melihat kompleksitas kegiatan yang dialami anak di pondok.

5. Social Skill

Namanya pesantren itu isinya tidak hanya dari satu daerah saja, apalagi di Gontor semua santri dari Sabang sampai Merauke bahkan mancanegara ada. Beragam, suku, adat, warna, budaya berkumpul di satu tempat. Ada perbedaan dua kubu saja sudah berpotensi untuk saling bertengkar apalagi lebih dari itu. Maka yang kiranya dirumah suka berbicara dengan nada berteriak perlulah untuk diturunkan agar tidak mencekam dan yang biasanya suka bersuara terlalu  pelan diangkat sedikit agar lebih terdengar. Inti dari sosialisasi yang baik adalah mampu menyampaikan bahasa yang baik dengan cara yang baik juga sehingga terjalin sebuah komunikasi yang harmonis. Dengan menguasai ini maka anak bisa bergaul dengan siapa saja dari mana saja. Toh kalau semua berbaju putih dan berpeci hitam juga terlihat sama, hanya warna kulit yang membedakan. Yang masih pendiam mulai dilatih untuk berani memperkenalkan diri dan saling berbicara dan yang terlalu banyak bicara juga dikurangi jangan sampai habis waktu untuk bergaul dan saling mengobrol sampai lupa belajar. Kalau urusan sosialisasi beres maka adaptasi santri di pondok juga akan lebih cepat.

6. Vocational Skill

Vocational Skill

Kemampuan vokasi atau kejuruan yang dimaksud disini adalah kemampuan yang menunjang anak menuju kemandirian hidupnya. Mampu membersihkan dan merapikan diri, pakaian, tempat dengan beragam tingkat kesulitannya. Mampu mengikuti kegiatan seperti Pramuka, Latihan Pidato, Percakapan Arab-Inggris yang mana dasarnya adalah punya keberanian dan sosialisasi yang baik. Mampu mengikuti berbagai kegiatan olahraga seperti lari pagi, senam, sepak bola, basket, voli, takraw dan lain-lain sesuai minat dan bakat anaknya. Juga mampu mengikuti berbagai kursus penunjang kemampuan diri seperti jurnalistik, fotografi, kerajinan tangan, seni beladiri, seni teater dan beragam kursus lainnya. Pada intinya anak harus mampu mengikuti semua kegiatan tersebut dan mengasah kemampuan yang menjadi minat bakatnya. Jangan sampai sudah masuk pondok malah tidak menekuni satu bidang pun, itu akan sangat merugi. Karena masa-masa belajar di pondok ibarat besi panas, kalau ditempa ia akan menjadi pedang yang tajam dan kalau dibiarkan ia tetap tumpul sebagaimana asalnya.

7. Academic Skill

Academic Skill

Ketika di pesantren memang tujuan utamanya untuk belajar, tetapi supaya lancar perlu ada bekal akademis juga untuk menunjang pemahaman ilmu yang akan dipelajari. Kuncinya ada 3R (Reading, wRiting, aRithmetic). Karena seluruh pelajaran dominan bahasa Arab (ada juga yang Inggris) maka sebelum masuk pondok anak harus bisa membaca tulisan Arab, minimal bisa lancar membaca Al-Qur’an. Sama halnya dengan menulis, supaya bisa mengikuti pelajaran harus bisa menulis Arab atau dikte Imla. Adapun kemampuan berhitung matematis logis akan sangat membantu baik dalam penalaran matematika itu sendiri maupun pelajaran-pelajaran lain yang biasanya disajikan dalam bentuk deduktif-induktif atau berupa teori/rumus lalu contoh dan sebaliknya diberi contoh dulu baru disimpulkan teorinya.

Apakah ketujuh skill itu mutlak harus dimiliki? Tidak juga, pasti ada yang unggul pada satu sisi dan lemah pada sisi yang lain. Jadi sedikit-sedikit tidak apa yang penting mencakup semua. Demikian penjabaran 7 skill yang perlu dimiliki sebelum mondok semoga bisa manfaat dan bisa segera dilatih supaya kelak di pondok bisa lancar belajar sampai lulus. Dan Primago mengadakan Program Ramadhan Camp untuk kalian yang ingin menguasai lebih jauh ketujuh skill tersebut. Bisa hubungi nomor berikut 0878 200 200 62 (Admin Primago)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *