Raboan Batch 8 : Memahami Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 232-254
PRIMAGOschool.com | Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah | Pada Rabu, 16 Oktober 2024, telah dilaksanakan kajian tafsir rutin “Raboan” di Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago. Acara ini merupakan bagian dari program pengajian mingguan yang diikuti para pengajar, dengan fokus utama pada pemahaman tafsir Al-Qur’an. Pada pertemuan kali ini, kajian terfokus pada tafsir Surat Al-Baqarah, ayat 232 hingga 254. Setiap ayat dibahas oleh berbagai pemateri, dengan hikmah yang diambil dari masing-masing ayat.
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Baqarah dimulai pukul 13.00 WIB di aula pesantren, Al Ustadz Farhan Hidayat membuka sesi dengan doa. Para ustadz dan ustadzah yang hadir, masing-masing membahas ayat-ayat yang sudah ditentukan sebelumnya. Berikut adalah rangkuman kajian tafsir yang disampaikan oleh para pembicara:
MASIH DIBUKA! : PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU PESANTREN LEADERSHIP PRIMAGO
Berikut adalah hikmah dari ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh masing-masing orang:
- Ustadz Muhaemin – Al-Baqarah: 232
Ayat ini menekankan pentingnya keadilan dalam pernikahan dan perceraian.
Hikmah dari ayat ini adalah mengajarkan untuk memberikan hak-hak yang adil kepada wanita, terutama dalam urusan perceraian. Allah memerintahkan agar tidak menghalangi wanita yang ingin menikah kembali dengan mantan suami jika mereka rujuk dengan cara yang baik. Hal ini menunjukkan pentingnya menghormati pilihan dan hak wanita dalam kehidupan sosial dan pernikahan. - Ustadz Fikri Al Rizki – Al-Baqarah: 233
Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban menyusui anak selama dua tahun.
Hikmahnya adalah Allah menekankan pentingnya tanggung jawab orang tua terhadap anak, terutama ibu dalam memberikan ASI. Selain itu, ayat ini juga menegaskan keadilan dalam pembagian tanggung jawab antara ayah dan ibu, dengan ayah diwajibkan menanggung biaya hidup. Keluarga didorong untuk saling membantu dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang. - Muhammad Hasbi Al juweni – Al-Baqarah: 234
Ayat ini berbicara tentang masa iddah bagi wanita yang ditinggal mati oleh suaminya selama empat bulan sepuluh hari.
Hikmah dari ayat ini adalah bahwa masa iddah adalah bentuk penghormatan dan perlindungan bagi wanita. Selain sebagai waktu berkabung, iddah memberi kesempatan untuk refleksi diri sebelum wanita melangkah ke pernikahan baru. Ini juga memperlihatkan kebijaksanaan dalam hukum-hukum Islam yang selalu menjaga kehormatan dan martabat perempuan. - Ustadz Abid Rofillah – Al-Baqarah: 235
Ayat ini membahas tentang boleh tidaknya menyatakan minat untuk menikahi wanita yang sedang dalam masa iddah.
Hikmah yang dapat diambil adalah adanya adab dan kesantunan dalam mengungkapkan niat baik terhadap seseorang. Meskipun ada ketertarikan, Islam mengajarkan untuk tidak terburu-buru dan menghormati proses hukum yang sedang berjalan, seperti iddah, demi menjaga kehormatan pihak wanita dan keluarganya. - Ustadz Rafif – Al-Baqarah: 236
Ayat ini mengatur tentang pemberian mahar kepada wanita yang dinikahi tetapi belum disentuh atau belum ditentukan maharnya.
Hikmahnya adalah Islam selalu menempatkan wanita dalam posisi yang dihormati dan dipenuhi hak-haknya, bahkan dalam situasi pernikahan yang tidak sempurna. Meskipun pernikahan tidak dilanjutkan, wanita tetap berhak mendapatkan kompensasi yang layak sebagai bentuk penghargaan. - Ustadz Saeful – Al-Baqarah: 237
Ayat ini menjelaskan tentang perceraian sebelum hubungan suami istri berlangsung namun mahar sudah ditentukan.
Hikmah dari ayat ini adalah keadilan dalam pembagian hak, di mana jika perceraian terjadi, wanita tetap berhak menerima setengah dari mahar yang telah disepakati. Ini menunjukkan keseimbangan dalam tanggung jawab dan hak antara suami dan istri, serta pentingnya menjaga sikap baik dalam segala urusan, termasuk perceraian. - Ustadz Dhani Fahreza – Al-Baqarah: 238
Ayat ini berbicara tentang menjaga sholat, terutama sholat wustha (sholat yang paling utama).
Hikmah dari ayat ini adalah betapa pentingnya menjaga shalat tepat waktu sebagai tiang agama. Shalat adalah penghubung antara hamba dan Tuhannya, dan menjaga sholat, terutama yang memiliki keutamaan, adalah kunci untuk mendapatkan keberkahan dan ketenangan hidup. - Ustadzah Minda Mahira- Al-Baqarah: 239
Ayat ini membahas tentang keringanan dalam melaksanakan shalat saat dalam kondisi darurat.
Hikmah dari ayat ini adalah fleksibilitas dalam syariat Islam yang memberikan kemudahan bagi umatnya. Meski dalam kondisi genting atau darurat, shalat tetap harus dilaksanakan, tetapi boleh dilakukan dengan cara yang mudah sesuai kemampuan. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai komitmen, namun juga memahami keterbatasan manusia. - Ustadzah Najla Tsania – Al-Baqarah: 240
Ayat ini menjelaskan tentang hak wanita yang ditinggal wafat oleh suaminya untuk mendapat nafkah selama satu tahun.
Hikmah yang dapat diambil adalah betapa Islam menjaga kesejahteraan wanita, terutama setelah ditinggal wafat oleh suami. Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial agar wanita tidak terlantar setelah masa iddah, dan tetap memiliki sumber nafkah yang cukup untuk hidupnya. - Ustadz Eka Kresna Raharja – Al-Baqarah: 241
Ayat ini membahas kewajiban memberi mut’ah (nafkah hiburan) kepada wanita yang dicerai dengan baik.
Hikmah dari ayat ini adalah Islam menganjurkan untuk menjaga hubungan baik meskipun dalam perceraian. Pemberian mut’ah adalah bentuk kebaikan dan penghargaan kepada mantan istri sebagai bagian dari perpisahan yang baik, yang menunjukkan bahwa Islam mendorong sikap luhur dalam setiap interaksi sosial. - Ustadz Ahmad Ghozali – Al-Baqarah: 242
Ayat ini menekankan pentingnya memahami dan mengamalkan hukum-hukum yang telah Allah tetapkan.
Hikmah dari ayat ini adalah ajakan untuk merenungkan dan memahami dengan baik aturan-aturan Allah yang penuh hikmah. Dengan mematuhi perintah dan larangan-Nya, kehidupan manusia akan menjadi lebih teratur, damai, dan penuh berkah. Tafakur dan pengamalan hukum Allah menjadi kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. - Ustadz Farhan Hidayat – Tafsir Ayat 243-244
Al Ustadz Farhan membuka kajian dengan membahas Surat Al-Baqarah ayat 243 dan 244. Ayat 243 menjelaskan tentang sekelompok orang yang lari dari kematian, namun akhirnya Allah tetap mematikan mereka dan menghidupkan kembali. Hikmah yang diambil dari ayat ini adalah bahwa ketetapan Allah terhadap kehidupan dan kematian tidak dapat dihindari oleh siapapun. Ustadz Farhan mengaitkan hal ini dengan pentingnya tawakal, menyerahkan segala urusan kepada Allah, terutama terkait takdir hidup dan mati. Ayat 244 mengingatkan tentang perintah berperang di jalan Allah dan menjelaskan bahwa kematian tidak dapat dihindari, bahkan di medan perang. Farhan menekankan bahwa ayat ini memberikan motivasi bagi setiap muslim untuk berjuang dengan keyakinan penuh kepada Allah, tanpa takut akan kematian yang telah ditentukan waktunya.
- Ustadz Fakhrurrozi – Tafsir Ayat 245-246
Selanjutnya, Al Ustadz Rozi membahas ayat 245 dan 246. Ayat 245 mengajak umat untuk memberikan pinjaman yang baik kepada Allah, yang akan dilipatgandakan pahalanya. Ustadz Rozi menekankan pentingnya sedekah dan infak di jalan Allah, yang merupakan bentuk pinjaman kepada Allah. Ia menjelaskan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang, melainkan justru akan diberkahi dan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Pada ayat 246, dikisahkan tentang Bani Israil yang meminta kepada nabi mereka agar diangkat seorang raja untuk memimpin mereka dalam peperangan. Namun, ketika perintah perang datang, banyak dari mereka yang mundur. Ustadz Rozi menekankan bahwa hal ini mengajarkan kita tentang kejujuran dalam niat dan tindakan. Keberanian untuk berjuang di jalan Allah harus dilandasi dengan keimanan yang kuat, bukan hanya semangat sementara.
- Ustadzah Ratu Rahmawati Dewi – Tafsir Ayat 247-248
Ustadzah Ratu membahas ayat 247-248 yang menceritakan tentang pengangkatan Thalut sebagai raja bagi Bani Israil. Meskipun Thalut dianggap tidak memenuhi syarat karena bukan dari golongan yang kaya atau terpandang, Allah memilihnya karena kelebihannya dalam ilmu dan fisik. Ustadzah Ratu menekankan bahwa pemimpin yang sejati dipilih oleh Allah bukan berdasarkan kekayaan atau status sosial, melainkan berdasarkan kualitas moral, keilmuan, dan kemampuannya. Pada ayat 248, Allah memberikan tanda kekuasaan Thalut dengan kembalinya Tabut, sebuah peti yang dianggap suci oleh Bani Israil. Ustadzah Ratu mengingatkan bahwa kekuasaan dan kepemimpinan yang diberikan oleh Allah selalu disertai dengan tanda-tanda kebesaran-Nya yang harus diakui dan diterima oleh umat.
- Ustadzah Alivia Maharani – Tafsir Ayat 249-250
Ustadzah Vivi melanjutkan dengan membahas ayat 249-250, yang menceritakan tentang ujian yang dihadapi oleh pasukan Thalut ketika mereka diperintahkan untuk tidak minum dari sungai kecuali seteguk air. Sebagian besar dari mereka gagal dalam ujian ini, yang menunjukkan lemahnya iman mereka. Ustadzah Vivi menjelaskan bahwa ujian kecil dalam kehidupan seringkali menjadi tolak ukur kekuatan iman seseorang. Terkadang, cobaan yang tampak sederhana bisa menjadi penentu apakah kita benar-benar beriman dan taat kepada perintah Allah. Ayat 250 berbicara tentang doa pasukan yang tetap berjuang bersama Thalut. Mereka berdoa agar Allah memberikan kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi musuh yang jauh lebih kuat. Ustadzah Vivi menekankan bahwa dalam menghadapi tantangan besar, seorang mukmin harus senantiasa memohon pertolongan Allah, karena hanya dengan bantuan-Nya kita bisa menang.
- Ustadzah Alfia Yuniarti – Tafsir Ayat 251-252
Ustadzah Alfi membahas ayat 251 yang menceritakan kemenangan pasukan Thalut atas Jalut (Goliath), yang diikuti oleh kemenangan Daud yang membunuh Jalut. Ayat ini menunjukkan bahwa kekuatan Allah-lah yang sebenarnya menentukan kemenangan dalam setiap perjuangan. Ustadzah Alfi menekankan bahwa Allah bisa memberikan kemenangan kepada pihak yang lemah jika mereka bersandar penuh kepada-Nya. Ayat 252 mengingatkan bahwa semua kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah kebenaran dan merupakan petunjuk bagi mereka yang beriman. Ustadzah Alfi menekankan pentingnya mengambil pelajaran dari setiap kisah dalam Al-Qur’an untuk kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai pedoman dalam menjalani hidup.
- Ustadzah Sainah – Tafsir Ayat 253-254
Ustadzah Sainah membahas ayat 253 yang menjelaskan tentang perbedaan di antara para rasul, di mana sebagian diberi keutamaan dibandingkan yang lain. Ustadzah Sainah menjelaskan bahwa setiap nabi dan rasul memiliki keistimewaan masing-masing, tetapi semuanya membawa misi yang sama, yaitu mengajak umat kepada tauhid dan ketaatan kepada Allah. Ayat 254 memperingatkan umat Islam untuk segera berinfak sebelum datangnya hari kiamat, di mana harta dan kekayaan tidak lagi berguna. Ustadzah Sainah menekankan bahwa kesempatan untuk beramal hanya ada di dunia ini, dan kita harus memanfaatkannya sebelum terlambat.
Penutup
Acara ditutup pada pukul 14.00 WIB dengan doa yang dipimpin oleh Al Ustadz Farhan Hidayat. Semua peserta diharapkan dapat mengambil hikmah dari tafsir yang telah disampaikan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kajian ini memberikan pemahaman mendalam mengenai ayat-ayat Al-Qur’an dan meneguhkan kembali keimanan serta semangat dalam menjalankan ajaran Islam.
Acara “Raboan” ini menjadi salah satu agenda penting di Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago, yang bertujuan agar terus memperdalam pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an dan mengambil hikmah dari setiap ayat yang dibahas.